Sakit gusi

Nicole Wendler memegang gelar PhD dalam biologi di bidang onkologi dan imunologi. Sebagai editor medis, penulis dan korektor, dia bekerja untuk berbagai penerbit, yang untuknya dia menyajikan masalah medis yang kompleks dan luas dengan cara yang sederhana, ringkas dan logis.

Lebih lanjut tentang para ahli Semua konten diperiksa oleh jurnalis medis.

Sakit gusi bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi yang ompong hingga orang tua yang menggunakan gigi palsu. Rasa sakit ini disebabkan oleh peradangan gusi dan sering dikaitkan dengan gusi berdarah. Baca di sini tentang pemicu peradangan, apa yang dapat Anda lakukan sendiri terhadap nyeri gusi dan kapan perawatan gigi diperlukan.

Sakit gusi: deskripsi

Gusi (gingiva) adalah bagian dari mukosa mulut dan, sebagai bagian dari alat penahan gigi, mengelilingi setiap gigi. Epitel skuamosa berlapis-lapis dibagi menjadi bagian bebas dan melekat:

  • Gingiva bebas terletak longgar di dasar gigi, membentuk garis gusi setebal satu sampai dua milimeter dan dapat dengan mudah didorong ke belakang.
  • Fixed gingiva, di sisi lain, menyatu dengan tulang rahang atas dan bawah (proses alveolar).

Sakit gusi bisa terjadi di semua area mulut. Daerah yang terkena biasanya terasa sakit, terbakar atau berwarna merah dan bengkak (edema = penimbunan cairan di jaringan). Gusi bisa berdenyut atau berdarah. Tidak jarang nyeri gusi dikaitkan dengan bau mulut (halitosis).

Efek samping umum lainnya adalah aphthae (lepuh yang menyakitkan di lapisan mulut), bintik-bintik putih, perasaan berbulu dan indera perasa yang berubah. Pada kasus yang parah, nyeri gusi juga bisa menyebabkan demam.

Sakit gusi: penyebab dan kemungkinan penyakit

Jika Anda menderita sakit gusi, peradangan di mulut selalu menjadi pemicunya. Entah gusi telah terluka oleh rangsangan mekanis atau infeksi virus, bakteri atau jamur yang harus disalahkan atas peradangan. Dalam kedua kasus, jaringan ikat dan pembuluh darah bereaksi dengan kemerahan, pembengkakan, perkembangan panas dan nyeri. Luka memudahkan patogen untuk menetap dan berkembang biak, itulah sebabnya cedera sering diikuti oleh infeksi. Dalam kasus yang jarang terjadi, reaksi autoimun atau neoplasma jinak dan ganas juga dapat menyebabkan rasa sakit pada gusi.

Cedera gusi dari rangsangan mekanik eksternal

Berbagai penyebab eksternal dapat menyebabkan cedera pada gusi, seringkali dengan nyeri gusi berikutnya:

  • Sikat gigi
  • Menggunakan benang gigi
  • Kawat gigi, gigi palsu, gigi palsu
  • Trauma (cedera)
  • makanan pedas dan panas

Cedera pada gusi dari rangsangan mekanis internal

Faktor internal juga dapat menyebabkan cedera pada gusi:

  • Pertumbuhan / erupsi gigi
  • Gigi bungsu (dens sapiens): Nyeri pada fase pertumbuhan, karena gusi yang meradang di sekitar gigi, setelah operasi pengangkatan

Infeksi gusi

Sakit gusi sering disebabkan oleh infeksi. Pemicunya bisa berupa:

  • Bakteri seperti streptokokus, bakteri fusiform: gingivitis (dalam kasus yang parah: gingivitis ulseratif nekrotikans atau periodontitis), sifilis
  • Virus seperti herpes simpleks tipe 1 (penyebab busuk mulut = stomatitis aphtosa), cytomegalovirus, virus Eppstein-Barr (penyebab demam kelenjar Pfeiffer)
  • Jamur seperti Candida albicans (penyebab sariawan/jamur mulut = oral candidiasis, stomatitis mycotica)

Sakit gusi karena flora mulut terganggu

Sangat normal jika mulut kita dipenuhi dengan mikroorganisme. Derajat keasaman (nilai pH), enzim dan antibodi dalam air liur serta menyikat gigi secara teratur memastikan jumlah kuman tidak lepas kendali. Namun, faktor dan penyakit berikut dapat membuat lingkungan mikro tidak seimbang, meningkatkan deposit bakteri (plak) dan meningkatkan peradangan gusi (dengan nyeri gusi berikutnya):

  • kebersihan mulut yang buruk
  • perubahan hormonal (misalnya selama kehamilan: gingivitis kehamilan)
  • Obat-obatan (penggunaan antibiotik jangka panjang, sitostatika sebagai bagian dari kemoterapi)
  • Makanan mewah: nikotin, alkohol
  • menekankan
  • Makanan: keju, buah jeruk, nanas
  • Malnutrisi: kekurangan vitamin (kudis, vitamin A, B, C), kekurangan zat besi atau asam folat
  • kecenderungan genetik
  • Defisiensi imun (seperti HIV)
  • Gangguan metabolisme (seperti diabetes mellitus)
  • penyakit ganas (kanker)
  • Alergi
  • Penyakit autoimun: pemphicus vulgaris, sindrom Sjogren, lupus eritematosus, penyakit celiac
  • Lichen planus mukosa (mungkin reaksi autoimun terkait virus)
  • Penyakit Crohn (penyakit radang usus)

Sakit gusi: kapan harus ke dokter?

Jika sakit gusi berlanjut, Anda harus mengunjungi dokter gigi. Karena itulah, misalnya, risiko gingivitis berkembang menjadi parodonditis, yang menyerang tulang dan, dalam kasus terburuk, menyebabkan kehilangan gigi.

Anda juga harus mencari perawatan medis jika Anda mengalami pendarahan berkepanjangan dari gusi Anda, yang mengganggu asupan makanan Anda.

Juga bisa berbahaya jika nyeri pada gusi disertai demam: Ada risiko sepsis (infeksi bakteri umum, "keracunan darah").

Sakit gusi: apa yang dilakukan dokter?

Jika cedera adalah penyebab rasa sakit pada gusi, dokter gigi Anda akan meresepkan obat kumur atau salep penghilang rasa sakit lokal.

Jika nyeri gusi disebabkan oleh infeksi, jumlah kuman pertama-tama harus dikurangi dengan pembersihan gigi profesional (PZR). Selain itu, dokter gigi Anda dapat membersihkan gusi dan kantong gingiva menggunakan laser atau ultrasound.

Kadang-kadang mungkin perlu untuk mengangkat jaringan yang meradang melalui pembedahan atau mekanis dengan alat tajam (kuretase). Saat ini, ini tidak terlalu menyakitkan dan lebih lembut dengan penggunaan laser. Dokter Anda kemudian dapat meresepkan obat dengan bahan aktif antibiotik, virus atau antijamur - yaitu, obat yang efektif melawan bakteri, virus, atau jamur.

Untuk nyeri gusi akibat erupsi gigi bungsu, pembedahan seringkali merupakan satu-satunya solusi.

Jika nyeri gusi dipicu oleh reaksi terkait penyakit (autoimun, alergi), hal ini terkadang dapat dihambat dengan obat-obatan.

Sakit gusi: Anda bisa melakukannya sendiri

Di dalam mulut kita terdapat lingkungan yang menyenangkan bagi jamur, bakteri dan virus. Ruang kecil dan relung adalah tempat yang ideal untuk hidup bagi mikroorganisme. Itu selalu hangat dan lembab, dan sisa makanan menyediakan energi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Beginilah cara kuman berkembang biak dan membentuk kelompok yang disebut plak. Mereka yang secara teratur dan hati-hati merawat gigi mereka dapat mengurangi timbunan ini dan pada akhirnya mencegah sakit gusi berikutnya. Kebersihan mulut yang baik meliputi:

  • Menyikat gigi secara teratur dan benar (anak-anak di bawah pengawasan)
  • penggantian sikat gigi bekas secara teratur
  • Menggunakan benang gigi
  • Menerapkan obat kumur
  • Menggunakan sikat lidah
  • Perawatan dan pembersihan gigi palsu dan kawat gigi yang benar
  • Profilaksis gigi dengan pembersihan gigi profesional (sekali atau dua kali setahun)

Jika Anda menderita sakit gusi, Anda tidak boleh mengabaikan tindakan pencegahan yang disebutkan. Obat kumur, salep atau tincture dengan anestesi lokal atau agen antibakteri (klorheksidin) dari apotek dapat meringankan gejala.

Aplikasi dari lemari obat juga dapat membantu: berkumur dengan chamomile, sage, myrrh, cengkeh, kulit kayu ek atau ribwort memiliki efek anti-inflamasi, misalnya, sementara air garam dan teh hitam meredakan pembengkakan. Penting: Sekalipun sakit gusi membuat menyikat tidak nyaman, Anda tidak boleh mengabaikan kebersihan gigi.

Tag:  Haid pertolongan pertama sistem organ 

Artikel Menarik

add